Penyimpanan Bahan Pangan Segar
LAPORAN
ILMU PANGAN LANJUT
PENYIMPANAN BAHAN PANGAN SEGAR
Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pangan lanjut yang diampu oleh
Wiwik Wijaningsih, STP, MSi.
Wiwik Wijaningsih, STP, MSi.
Oleh:
Safrin
Khabila (P1337431216052)
Rr. Nurmalita Sasi (P1337431216063)
Farizy Bintang C. (P1337431216071)
Rr. Nurmalita Sasi (P1337431216063)
Farizy Bintang C. (P1337431216071)
Program Studi DIV Gizi Kelas Reguler B
Semester II
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
Jalan Wolter Monginsidi Nomor 115,
Pedurungan Tengah, Pedurungan, Semarang
Telp/fax: 024-6710378
Tahun
Ajaran 2016/2017
I.
Pendahuluan
Kerusakan
bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut dipanen. Penyebab utama
kerusakan bahan pangan adalah (1) pertumbuhan mikroorganisme; (2) Aktivitas
enzim dalam bahan pangan; (3) suhu baik suhu tinggi maupun suhu rendah;
(4) udara khususnya oksigen; (5) kadar air dankekeringan; (6) cahaya; dan (7)
serangga, parasit serta pengerat. Pengawetanpangan pada dasarnya adalah
tindakan untuk memperkecil atau menghilangakanfaktor-faktor perusak tersebut.
Setelah dipanen produk hasil pertanian tetapmelakukan fisiologis sehingga dapat
disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktifitas fisiologis
menyebabkan produk pertanian akan terus mengalamiperubahan yang tidak dapat
dihentikan, hanya dapat diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir dari
perubahan pasca panen adalah kelayuan untuk produk nabati atau pembusukan
pada produk hewani. Susut ”losses” kualitas dan kuantitas produk hasil pertanian
terjadi sejak pemanenan hingga dikonsumsi .Besarnya susut sangat tergantung
pada jenis komoditi dan cara penanganannya selepas panen.
Untuk mengurangi susut ini petani
atau pedagang harus mengetahui faktor biologis dan lingkungan yang berpengaruh
terhadap terjadinya kerusakan, menguasai
teknik penanganan pasca panen yang dapat menunda kelayuan atau kebusukan
dan menjaga kualitas pada tingkatan tertentu yang mungkin dicapai. Untuk
mengurangi susut yang terjadi setelah pemanenan, pada prinsipnya dapat dilakukan
dengan cara memanipulasi faktor biologis atau faktor lingkungan dimana produk
pertanian tersebut disimpan. Perbedaan faktor biologis komoditi nabati dengan
komoditi hewani menyebabkan cara penanganan keduanya juga berbeda. Secara umum
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kedua komoditi pertanian adalah
sama yaitu : suhu, kelembaban udara, komposisi udara(CO, CO2, O2), polutan dan
cahaya. Faktor-faktor biologis terpenting yang dapat dihambat pada bahan
nabati seperti buah-buahan dan sayuran adalah : respirasi,produksi etilen,
transpirasi, dan faktor morfologis/anatomis, faktor lain yang jugapenting untuk
diperhatikan adalah senantiasa menghindarkan komoditi terhadap suhu atau cahaya
yang berlebihan, dan kerusakan patologis atau kerusakan fisik.
Laju respirasi merupakan
petunjuk yang baik untuk daya simpan buah dan sayuran
sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran
laju jalannya metabolisme, dan oleh karena itu sering dianggap sebagai
petunjuk mengenai potensi daya simpan
buah dan sayuran. Laju respirasi yang tinggibiasanya disertai oleh umur
simpan yang pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan
nilainya sebagai bahan makanan.
Salah satu sifat produk pertanian
adalah mudah rusak perishable. Buah-buahan merupakan salah satu jenis komoditi
pertanian yang mudah rusak. Mudah rusaknya buah-buahan disebabkan buah memiliki
kandungan air yang cukup tinggi yang merupakan syarat untuk berbagai
mikroorganisme untuk tumbuh. Tumbuhnya mikroorganisme ini dapat menyebabkan
kerusakan enzimatis, yaitu kerusakan yang disebabkan mikroorganisme tersebut
menghasilkan enzim-enzim hasil metabolisme yang dapat merusak buah. Ciri-ciri terjadinya kerusakan enzimatis
adalah rasa buah menjadi terlalu asam. Selain itu warna buah biasanya berubah.
Selain kadar air, suhu juga berperan
dalam ketahanan umur simpan buah- buahan. Pada suhu ruangan, biasanya
mikroorganisme akan lebih cepat
berkembang sehingga buah-buahan menjadi cepat busuk. Sedangkan pada suhu
yang lebih rendah, metabolisme mikroorganisme akan melemah sehingga buah pun
menjadi lebih awet. Karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan dan
pengemasan yang baik untuk memperpanjang rentang waktu proses kebusukan buah
tersebut agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Maka dari itu untuk
memperpanjang masa simpan suatu bahan dilakukan penyimpanan pangan.
Penyimpanan
pangan adalah proses, cara atau kegiatan menyimpan pangan baik di sarana
produksi maupun distribusi. Penentuan pemilihan bahan makanan segar, kering ataupun
pangan olahan ditentukan oleh berbagai faktor yaitu tujuan pemilihan,
pengawetan dan mempertahankan mutu gizi, memudahkan penyiapan dan pengolahan.
- Tujuan
-
Mengetahui cara
menyimpan berbagai bahan segar pada tempat dan suhu yang sesuai
-
Megetahui hasil
penyimpanan berbagai bahan segar pada suhu ruang, refrigerator dan freezer
III.
Alat dan Bahan
Alat :
1.
Plastik
2.
Label
3.
Kulkas
Bahan
:
1.
Sawi hijau
2.
Rebon
3.
Kelengkeng
IV.
Prosedur Kerja
1.
Pengamatan sifat
fisik sebelum penyimpanan yaitu pengamatan terhadap pangan olahan meliputi:
warna, aroma, tekstur
2.
Penyimpanan
berbagai pangan olahan ditempatkan pada tiga tempat dalam keadaan tertutup dan
plastik terbuka. Tiga tempat tersebut yaitu:
-
Suhu ruang (1)
-
Suhu
refrigerator (2)
-
Suhu freezer (3)
3.
Amati tanda
tanda kerusakannya dengan mencatat perubahan warna, aroma tekstur dan
penampakan lain dan catat pada hari keberapa pangan tersebut mulai rusak
V.
Hasil Pengamatan
Nama bahan segar
|
Tempat penyimpanan dan kondisi plastik
|
Pengamatan awal
|
Tanda tanda keruskan
|
Rusak pada hari ke
(jam) |
||||
warna
|
aroma
|
tekstur
|
warna
|
Aroma
|
tekstur
|
|||
Sawi
|
Refrigerator
(plastik tertutup) |
Hijau
|
Khas sawi
|
Agak keras
|
Hijau tua
|
Agak busuk
|
Lembek
|
Hari ke-3
|
Rebon
|
Putih keabu abuan
|
Amis
|
agak lembek
|
Putih pucat
|
Busuk
|
lembek
|
Hari ke-0
setelah 7 jam
|
|
Kelengkeng
|
Coklat muda
|
Khas kelengkeng
|
Agak keras
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Sawi
|
Refrigerator
(plastik terbuka) |
Hijau
|
Khas sawi
|
Agak keras
|
Hijau tua
|
Agak busuk
|
Layu
|
Hari ke-3
|
Rebon
|
Putih keabu abuan
|
Amis
|
Agak lembek
|
Putih pucat
|
Busuk
|
lembek
|
Hari ke-0/7jam
|
|
Kelengkeng
|
Coklat muda
|
Khas kelengkeng
|
Agak keras
|
-
|
-
|
-
|
||
Sawi
|
Frezeer (plastik
tertutup)
|
Hijau
|
Khas sawi
|
Agak keras
|
Hijau tua
|
Busuk
|
Layu
|
Hari ke-3
|
Ikan rebon
|
Putih keabu abuan
|
Amis
|
Agak lembek
|
Putih pucat
|
Busuk menyengat
|
Lembek
|
Hari ke-3
|
|
Kelengkeng
|
Coklat muda
|
Khas kelengkeng
|
Agak keras
|
Coklat tua
|
Khas kelengkeng
|
Agak lunak
|
Hari ke-3
|
|
Sawi
|
Freezer (pastik
terbuka)
|
Hijau
|
Khas sawi
|
Agak keras
|
Hijau tua
|
Busuk
|
Layu
|
Hari ke-3
|
Ikan rebon
|
Putih keabu abuan
|
Amis
|
Agak lembek
|
Putih pucat
|
Busuk
|
Lembek
|
Hari ke-3
|
|
Kelengkeng
|
Coklat muda
|
Khas kelengkeng
|
Agak keras
|
Coklat tua
|
Khas
kelengkeng
|
Agak lunak
|
Hari ke-3.
|
|
Sawi
|
Suhu ruang (tertutup)
|
Hijau
|
Khas sawi
|
Agak keras
|
Hijau kekuningan
|
Khas sawi
|
Layu
|
Hari ke-3
|
Ikan rebon
|
Putih keabu abuan
|
Amis
|
Agak lembek
|
Putih sedikit abu-abu
|
Busuk
|
Lembek
|
Hari ke-0 setelah 7
jam
|
|
Kelengkeng
|
Coklat muda
|
Khas kelengkeng
|
Agak keras
|
Coklat muda
|
Khas
kelengkeng
|
Agak keras
|
Hari ke-3
|
|
Sawi
|
Suhu ruang (plastik
terbuka)
|
Hijau
|
Khas sawi
|
Agak keras
|
Hijau kekuningan
|
Khas sawi
|
Layu
|
Hari ke-3
|
Ikan rebon
|
Putih keabu abuan
|
Amis
|
Agak lembek
|
Putih sedikit abu-abu
|
Busuk
|
Lembek
|
Hari ke-0 setelah 7
jam
|
|
Kelengkeng
|
Coklat muda
|
Khas kelengkeng
|
Agak keras
|
Coklat tua,
ada jamur
|
Khas
kelengkeng
|
Agak keras
|
Hari ke-3
|
- Pembahasan
·
Sawi yang tertutup
dan disimpan pada suhu ruang selama 3 hari mengalami kelayuan saja tidak sampai
busuk
·
Sawi yang
terbuka dan disimpan pada suhu ruang
selama 3 hari mengalami kelayuan saja tidak sampai busuk
·
Rebon yang
tertutup dan disimpan pada suhu ruang
mengalami kerusakan ditandai dengan bau busuk dengan waktu penyimpanan
selama 7 jam.
·
Rebon yang
tebuka dan disimpan pada suhu ruang mengalami
kerusakan ditandai dengan bau
busuk dengan waktu penyimpanan selama 7 jam.
·
Kelengkeng yang
tertutup dan disimpan pada suhu ruang tidak
mengalami kerusakan.
·
Kelengkeng yang
terbuka dan disimpan pada suhu ruang terdapat
jamur
·
Sawi yang
tertutup dan disimpan pada suhu
refrigerator selama 3 hari
mengalami layu.
·
Sawi yang terbuka dan disimpan pada suhu refrigerator selama 3 hari mengalami
layu.
·
Rebon yang tertutup dan disimpan pada suhu refrigerator tidak mengalami
kerusakan.
·
Rebon yang tebuka dan disimpan pada suhu refrigerator tidak mengalami kerusakan.
·
Kelengkeng yang tertutup dan disimpan pada suhu refrigerator tidak mengalami kerusakan.
·
kelengkeng yang terbuka dan
disimpan pada suhu refrigerator tidak mengalami kerusakan.
·
Sawi yang tertutup dan disimpan pada suhu freezer selama 3 hari mengalami layu.
·
Sawi yang terbuka dan disimpan
pada suhu freezer selama 3 hari mengalami layu.
·
Rebon yang tertutup dan disimpan pada suhu freezer selama 3 hari mengalami mengalami
kebusukan.
·
Rebon yang tebuka dan disimpan pada suhu freezer 3 hari mengalami mengalami kebusukan.
·
Kelengkeng yang tertutup dan disimpan pada suhu freezer 3 hari mengalami mengalami perubahan warna .
·
Kelengkeng yang terbuka dan disimpan pada suhu freezer 3 hari mengalami mengalami perubahan warna.
- Simpulan dan Saran
Simpulan
Dari praktikum yang kami lakukan
dapat disimpulkan bahwa :
- Penyimpanan terhadap suhu rendah berpengaruh terhadap warna,tekstur, dan bau pada bahan segar.
- Pada penyimpanan sawi, penyimpanan yang paling tahan lama yaitu dikemas pada kantung plastik yang disimpan pada suhu dingin dan dalam keadaan kering.
- Pada penyimpanan rebon yang paling tahan lama yaitu disimpan pada suhu beku dan dalam keadaan tertutup.
- Pada penyimpanan kelengkeng yang paling tahan lama yaitu disimpan dalam suhu dingin
Saran
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, kami
menyarankan bahwa untuk mendapatkan bahan pangan segar yang tahan lama
sebaiknya disimpan pada suhu dingin karena pada suhu dingin memperlambat
pertumbuhan mikroba. Tetapi khusus untuk bahan segar seperti rebon dan sejenis
ikan sebaiknya disimpan dalam freezer dan disaat melakukan penyimpanan
sebaiknya jangan disimpan bercampuran dengan bahan makanan hewani dengan bahan
makanan nabati karena dapat menimbulkan kontaminasi dan jangan menyimpannya
secara bertumpuk karena dapat meurunkan mutu dan kualitas bahan pangan.
VIII. Lampiran
Komentar
Posting Komentar